5 Ruang Penting Rumah Adat Betang Khas Kalimantan Tengah

 rumah adat betang

Griyahome.com – Pernah mendengar tentang rumah adat betang ? mungkin anda lebih familiar dengan kata mandau, tato dan wanita cantik asal Kalimantan dan sering melihat rumah adat dayak tetapi pasti banyak yang belum mengetahui bahwa nama rumah adat Kalimantan tengah adalah rumah betang.  Rumah unik dengan bentuk panggung memanjang serta berukuran cukup besar yang bisa dihuni oleh puluhan kepala keluarga. Ingin mengenal lebih jauh tentang rumah adat khas Kalimantan tengah ini ? simak penjelasan selengkapnya pada artikel dibawah ini.

Rumah Adat Betang merupakan rumah adat panjang yang terdapat di berbagai penjuru Kalimantan, khususnya di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman suku Dayak, yang mana aliran sungai merupakan jalur transportasi utama bagi suku Dayak untuk melakukan berbagai mobilitas kehidupan sehari-hari seperti pergi bekerja ke ladang dimana ladang suku Dayak biasanya jauh dari pemukiman penduduk, atau melakukan aktifitas perdagangan (jaman dulu suku Dayak biasanya berdagang dengan menggunakan system barter yaitu dengan saling menukarkan hasil ladang, kebun maupun ternak). Rumah adat betang dibuat untuk menghindari para penghuninya dari binatang buas dan banjir sehingga dibuat dengan bentuk panggung yang berada beberapa meter dari permukaan tanah.

Keberadaan rumah adat  Betang merupakan pencerminan dari struktur sosial kehidupan orang Dayak. Di dalam rumah adat betang ini setiap kehidupan individu diatur oleh kesepakatan bersama yang dituangkan dalam hukum adat. Keamanan bersama, baik dari gangguan kriminal atau berbagi makanan, suka-duka maupun acara gotong royong untuk mengerjakan ladang. Nilai utama yang menonjol dalam kehidupan di rumah Betang adalah nilai kebersamaan (komunalisme) di antara para warga yang menghuninya, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang mereka miliki. Dari sini kita mengetahui bahwa suku Dayak adalah suku yang menghargai suatu perbedaan. Suku Dayak menghargai perbedaan etnik, agama ataupun latar belakang sosial.

Rumah adat betang berbentuk Panggung, dan memanjang yang menjadi ciri khasnya. Pada suku Dayak lainnya, pembuatan rumah panjang bagian hulunya haruslah searah dengan terbitnya matahari dan sebelah hilirnya ke arah Matahari terbenam, sebagai simbol kerja-keras untuk bertahan hidup mulai dari Matahari tumbuh dan pulang ke rumah di Matahari padam.

1.          Ruang Pada Rumah Adat Betang

Ruang pada rumah Betang suku Dayak Ngaju terdiri dari 3 (tiga) bagian, Pertama, ruang utama rumah, kedua, ruang bunyi gong, dan ketiga, merupakan ruang ragawi yang tidak kelihatan. Ruang utama adalah ruang yg mehubungkan manusia dengan alam surgawi. Ruang kedua adalah ruang yg menghubungkan manusia dengan penghuni surgawi, danga ruang keti adalah ruang surgawi yang juga adalah ruang ragawi. Sementara itu kematian adalah hal terpenting dalam kehidupan masayarakat suku Dayak Ngaju, karena melalui kematian maka roh seorang Dayak dapat diberangkatkan ke dalam alam nirwana, melalui upacara Tiwah. Dimana didalamnya terdapat ritual tabuh yang bermakna penyucian.

Rumah betang merupakan rentetan rumah pribadi yang bersambung menjadi satu-kesatuan. Panjangnya bervariasi antara 9-15 m.  Rumah itu dibangun dengan kontruksi dari kayu belian yang kokoh. Tiang-tiang utamanya berukuaran 20 x 40 cm. Tiap bilik/ lawang(pintu) membutuhkan kurang lebih 24 tiang utama seperti itu, yang ditunjang dengan puluhan tiang lainnya. Satu tiang utama membutuhkan 10-15 orang untuk mengangkutnya.

serambi rumah betang
serambi rumah betang

hampir setengah dari rumah betang adalah bagian terbuka. Bagian ini disebut serambi yang digunakan untuk berbagai kegiatan keseharian para penghuninya, seperti ritual adat, mengayam kerajinan tangan.

Bagian yang tertutup disebut bilik atau lawang. Bilik aatau lawang ini digunakan penghuninya sebagai rumah keluarga. Aktivitas keperluan keluarga seperti memasak, tidur dilakukan di bilik tersebut. Rumah betang Suku Dayak memiliki keunikan tersendiri. Bentuknya memanjang lurus di atas 100m, bertiang panggung berketinggian di atas 1m dan beratap sirap dari kayu ulin. Di dalam rumah betang terdapat puluhan bilik dan satu bilik dihuni satu keluarga. Pintu akses ke dalam harus lewat tangga dari bawah kolong yang terbuat dari kayu bulat dilengkapi anakan tangga demi mempermudahkan pijakan.

Dengan ukuran dimensi seperti yang disebutkan diatas, betang dapat menampung sampai 100-200 jiwa sehingga dapat menampung seluruh sanak keluarga. Dengan kondisi seperti ini, dimana seluruh sanak keluarga hidup dalam satu betang, maka betang dapat dikatakan sebagai rumah suku, yang dipimpin oleh Bakas Lewu atau kepala suku.

Dasar yang digunakan dalam penentuan tinggi betang yaitu tinggi orang menumbuk padi dengan mengunakan alo/atan, sehingga pada saat menumbuk padi, alo/atan tidak tersangkut pada lantai betang.

Di dalam rumah terdapat kamar yang berpetak-petak. Dan diruangan muka ada tempat menerima tamu atau tempat pertemuan. Biasanya tangga dan pintu rumah betang haya satu yang terbuat dari kayu besi bulat panjang. Tangga ini dinamai hejan/hecot. Dibelakang rumah ada balai kecil yang berfungsi sebagai tempat menyimpang lesung untuk menumbuk padi.

2.  Bagian-bagian Penting Rumah Adat betang dan bangunan lainnya

Rumah Adat Betang biasanya terdiri atas beberapa bagian penting, yaitu betang huma, artinya rumah/bangunan utama sebagai tempat tidur, ruang (los) tempat tamu yang menginap, kemudian bagian dapur, yaitu bagian yang seolah-olah terpisah dari bangunan utama. Diantara bangunan utama dengan dapur terdapat suatu bagian yang disebut karayan, yang berfungsi sebagai penghubung antara bangunan utama dengan bagian dapur. Baik bagunan utama, dapur dan karayan, tinggi tiang-tiangnya sama yaitu sekitar 2,5 -3m.

Bagian dapur hampir tidak ada bedanya dengan bangunan rumah biasa, yaitu bisa betuk segi empat atau juga bentuk memanjang. Luasnya lebih kecil dari bangunan utama, yaitu disekitar atau sejajar dengan panjang bangunan utama. Sedangkan karayan adalah semacam pelataran. Karayan berfungsi disamping penghubung antara dapur dengan bangunan utama (bangunan antara dapur dengan bagunan utama tidak berdempetan), juga sebagai tempat istirahat (santai) atau juga sebagai tempat menyimpan sementara hasil hutan. Rumah Betang hanya memiliki satu dapur sehingga seluruh sanak keluarga/penghuni betang menggunakan dapur secara bergantian.

kerangking rumah betang
kerangking rumah betang

Di sekitar Rumah Adat betang juga terdapat beberapa bangunan kerangking, petahu dan sandung. Kerangking atau juga disebut jorong atau tukau adalah balai kecil yang befungsi sebagai tempat menyimpang alat-alat bertani atau berladang  dan juga untuk menyimpan alu dan lisung. Petahu atau juga disebut pengantoho adalah rumah kecil yang berfungsi sebagai rumah menyimpan tulang-tulang kerabat yang telah meninggal dan telah di proses upacara tiwah. Disamping itu, juga terdapat sapundu yaitu patung berukuran tinggi yang berfungsi untuk tiang pengikat binatang-binatang yang akan dikorbankan pada saat upacara adat.

3.          Tata Letak dan Perletakkan Ruang

Ruang Los : Harus berada di tegah-tengah bangunan karena merupakan poros bangunan,dan tempat berkumpul melakukan kegiatan,baik adat maupun keagamaan,serta sosial masyarakat.

Ruang Tidur : Harus disusun berjajar sepanjang bangunan Bentang, dimana paling ujung dekat dengan aliran sungai merupakan tempat tidur orang tua dan anak bungsu harus paling ujung dekat hilir sungai.Jika itu dilanggar,seisi rumah akan mendapat petaka.

Ruang Dapur : Boleh berada di kanan maupun di kiri bangunan,yang terpenting menghadap aliran sungai,agar penghuni selalu mendapatkan rezeki.

Karayan : Memiliki beberapa fungsi seperti,Tempat memelihara hewan,sebagai tempat hasil buruan,sebagai tempat istirahat sehabis berburu,tempat meletakkan alat-alat pertanian.

4.          Susunan Rumah Betang dan Fungsinya

Di Dalam rumah adat betang, terdapat ruangan-ruangan antara lain ruang/kamar tidur dan satu buah los. Ruang tempat tidur dibuat berjejer, artinya setiap pintu kamar/ruang tidur semuanya menghadap ke ruang los. Ruang los dibuat sepanjang bangunan utama, dengan lebar kira-kira seperempat lebar bangunan utama sedangkan tiga perempat bangunan utama seluruhnya dipergunakan sebagai ruang/kamar tidur. Luas kamar tidak tergantung kebutuhan, tetapi harus sama luasnya.

Fungsi ruang/ kamar tidur sudah jelas sebagai kamar tidur satu keluarga. Semua harta dimasukkan dalam kemar tidur masing-masing. Sedangkan ruang los berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamuaei (perantau) atau keluarga dari tempat jauh yang ingin menginap. Pada dinding di ruang los ditempel atau diletakkan beberapa kepala/ tanduk manjangan, yang berfungsi sebagai tempat menggantungkan senjata tajam milik penginap, seperti mandau atou tombak.

kamar rumah betang
 kamar rumah betang

5.          Orientasi Bangunan

Suku Dayak mempercayai dalam pembangunan rumah, bagian hulu rumah mengarah ke tempat sang surya terbit, dan bagian hilir mengarah ke terbenamnya matahari. Ini menjadi filosofi suku Dayak, mereka meyakini bahwa dalam menjalani hidup dimulai dari sang terbit dan pulang ke rumah menuju sang tenggelam. Selain rumah sebagai bagian penting kehidupan, Kalimantan identik dengan sungai. Kali ini sungai itu bernama Katingan. Dari hulu ke hilir mencapai 650 km, lebarnya bisa mencapai 65 m, kedalaman 12 m. Tidak seperti halnya masyarakat Jakarta yang mempergunakan sungai sebagai halaman belakang, suku Dayak mengarahkan orientasi tata ruang menuju sungai. Sungai sebagai halaman depan. Maka, yang terlihat adalah sungai bersih berarus deras, dan memiliki fungsi ekonomi, sosial, bahkan budaya.Secara sederhananya.

Tiang/Kolom

Rumah betang identik dengan tiang-tiang berukuran besar sebagai struktur utama rumah karena kolom berfungsi sebagai pengikat dinding bangunan agar tidak goyah.Dulu tinggi Rumah Betang bisa mencapai lebih dari 3 meter,karena pertimbangan alam yang masih liar/keras,juga untuk menghidari banjir karena meluapnya sungai dan juga perang sukuyang disebut Hakayau(pemenggalan kepala).Rumah betang terdiri dari 4 tiang yang disebut tiang agung dan tiap-tiap tiang mempunyai nama seperti tiang Bakas disebelah kanan pintu masuk,tiang Busu disebelah kiri pintu masuk,tiang Penyambut sederet dengan tiang Bakas,tiang Perambai sederet dengan tiang Busu.Keempat tiang ini berada pada ruang tengah bagunan karena sesuai kepercayaan suku dayak,dengan agamanya Kaharingan keempat tiang tersebut melambangkan turunnya manusia pertama yang diturunkan oleh Ranying Hatala Langit.Tiang itu sendiri berdiameter 40 cm-80 cm dan terbuat dari kayu ulin(kayu besi) karena kuat dan tahan lama sehingga cocok untuk konstruksi utama bangunan Tetapi sekarang terjadi penyerdehanaan karena ketersediaan bahan.

Lantai

Umumnya Rumah Adat Betang menggunakan papan kayu.Tetapi untuk model jaman sekarang ada beberapa yang menggunakan keramik,maupun karpet.Dahulu papan kayu berukuran 6 m x 30cm dengan pengolahannya sederhana sehingga permukaan yang dihasilkan tidak rata dan licin,berbeda dengan lantai kayu sekarang yang berukuran 4 m x 20 cm dengan permukaan yang licin.

Tangga

Tangga dalam Rumah adat betang disebut Hejan yang terbuat dari kayu bulat dan di buat beruas-ruas untuk tempat kaki memanjat.Dengan seiringnya waktu tangga tersebut sudah dibuat seperti tangga yang sudah ada sekarang yang lebih praktis dan ergonomis.Ada aturan tersendiri dalam pembuatan tangganya seperti harus ganjil dan untuk railing tangga pun juga harus ganjil 1atau 3.Menurut kepercayaan hitungan ganjil agar saat memasuki rumah dalam hitungan genap agar terhindar dari malapetaka serta filosofi suku Dayak itu sendiri yaitu, manusia di bagi menjadi 3 tingkatan usia yaitu anak-anak,remaja,dan dewasa dimana masing-masing mempunyai jangkauan yang berbeda.Yang membedakan tangga yang dulu dan yang sekarang adalah konsepnya dengan adat istiadat yang jaman dulu,dan dengan perhitungan logika untuk jaman sekarang.

Dinding

Dinding Rumah Betang terdiri dari dua lapis yaitu bagian dalam dengan kayu ulin dan bagian luar menggunakan kulit kayu.Jaman dahulu pun dinding tidak tertutup seluruhnya yaitu hanya setengah tinggi dinding kurang lebih sekitar 280 cm itu karena wanita menjadi tolak ukuran Suku Dayak dengan wanita berdiri diatas Luntung(keranjang besar dengan tinggi kurang lebih 80 cm)sehingga di dapat tinggi dinding dengan tinggi keseluruhan yaitu mencapai 6 m(sampai plafond).

Pintu dan Jendela

Pintu diletakkan di tengah-tengah bangunan seakan akan membelah bangunan menjadi 2,lalu harus diletakkan pada sisi panjang bangunan ,dan pintu harus berada di depan Los (ruang kosong). Ukuran pintu merujuk pada penggunaan ukuran tubuh wanita dengan carawanita duduk bersandar dan kaki diselonjorkan maka didapat bukaan pintu sedangkan untuk tinggi, wanita berdiri dan sbelah tangan nya menggapai keatas.Untuk itu tidak ada ukuran baku untuk pintu.

jendela rumah betang

jendela rumah betang

Baik pintu masuk maupun bilik bentuknya polos.Tetapi untuk jaman sekarang,ada beberapa yang diukir untuk memperlihatkan status sosialnya. Adapun tata cara juga dalam membuka pintu yaitu membuka dengan tangan kiri,karena apabila tamu bermaksud baik maka tangan kanan di gunakan untuk mempersilahkan mask,dan apabila tamu bermaksud buruk, maka tangan kanan bisa digunakan untuk menangkis serangan

Penempatan hanya berada pada bagian sisi bagunan saja,dimana 1 bilik hanya mempunyai satu jendela saja dan setiap ruangan di haruskan mempunyai jendela sebagai lubang cahaya dan pertukaran. Untuk ukuran yang jaman dahulu berukuran 50 cm x60 cmdan untuk yang jaman sekarang 60 cm x 90 cm.Cara penentuan jendela ini sama seperti pengukuran pintu dimana pebngukuran menggunakan ukuran tubuh wanita dengan merapatkan siku dan jadilah untuk bukaannya dan untuk tingginya setinggi dagu wanita saat berdiri,sedangkan jaman sekarang ukuran bukaan adalah sepersepuluh dari luas lantai ruangan dan untuk ukuran keatas maksimal 1,92 m

Bahan jendela nya terdiri dari kayu untuk lapisan dalam dan bagian lapisan luar menggunakan kulit kayu sedangkan sekarang sudah ada yang menggunakan kaca karena semakin maju jaman sehingga banyak pilihan. Sama seperti pintu ,karena fungsi nya hanya sebagai pengaman maka dibuat polos, tetapi seiring perkembangan jaman sama halnya seperti pintu penambahan ukiran-ukiran pada jendelamampu memberi status sosial dalam masyarakat tersebut.

Atap

Bagian atap Rumah betang biasanya di ekspos tanpa adanya plafond,dan berguna untuk sistem cross ventilation dan pengcahayaan pada rumah kerangka atap yang tinggi juga memungkinkan sirkulasi udara yang baik,penutup atap menggunakan sirap kayu.

Ornamen

Ornamen sendiri biasanya terdapat pada lisplang atap,di atas ambang daun pintu, dan di daun pintu ataupun jendela,biasanya terdiri dari motif burung enggan,ular,balangga,dan motif tumbuh-tumbuhan ,selain itu adapula anyaman dan seni patung berupa manusia dan binatang.Ornamen-ornamen tersebut semata-mata untuk perlindungan terhadap roh-roh jahat. Seperti :

-Ukiran Asun Bulan,dimana terdapat dua orang bersalaman dengan makna orang rumah harus ramah terhadap tamu .( ukiran di atas ambang pintu)

-Ukiran Tambarirang Maning Singkap Langit, dimana ukiran menyerupai anjing yang melambangkan Tatun Hatuen (Raja Palasit),agar Hatuen tidak mengganggu penghuni.( ukiran di atas ambang pintu)

–Patung berbentuk manusia yang ada pada railing tangga,merupakan simbol penjaga Rumah Betang,agar roh-roh jahat tidak masuk ke rumah.

–Anyaman rotan yang bermotif batang garing pada tiang agung yang melambangkan kesejahteraan.

Selain ada maksud didalam ukirannya tetapi ada juga yang hanya sebagai ornamen seperti :

-Ukiran Naga Pasai ,perlambangn Bawi Jata atau Dewa Penguasa Alam Bawah pada daun jendela dan pintu

-Ukiran Lamantek,perlambangan kesehatan.

Nilai estetika

Nilai estetika betang selain pada tampilan luar, juga pada ukiran-ukiran yang ada pada setiap bagunan. Ukiran-ukiran ini diletakkan pada tempat-tempat yang dilihat seperti pada bumbungan rumah, depan rumah, atas jendela, di daun pintu, di ruang tamu dan lain-lain. Selain itu, nilai estetika juga dapat dengan mudah dilihat pada sapundu dan sandung yang biasanya terdapat di halaman depan rumah.

Sedangkan nilai estetika atau tingkah laku dapat dilihat dari bahan-bahan tertentu yang digunakan dalam membuat bangunan. Untuk membangun tiang, sedapat-dapatnya dicari pohon kayu ulin yang telah berumur tua. Hal ini melambangkan kekuatan dan kesehatan sehingga diharapkan bagunan dapat bertahan lama dan jika sudah ditempati, penghuninya diharapkan senantiasa mendapat kesehatan baik. Ukiran pada bangunan umumnya melambangkan penguasa bumi, penguasa dunia atas dan dunia bawah, yang dilambang dengan ukiran burung tingang dan kepala naga, yang masing-masing kepala harus horizontal yang dalam bahasa Dayak Nganju disebut tanggar, tidak boleh menengadah sebab saat itu berarti naga atau burung tingang hanya mencari rezekinya untuk dirinya sendiri, tidak mendatangkan rezeki kepada bagi penghuni rumah tersebut. Sebaliknya ukiran kepala tingang dan kepala naga tidak boleh tunduk sebab itu berarti akan membawa sial bagi penghuninya.

Semoga artikel 5 Ruang Penting Rumah Adat Betang  Khas Kalimantan Tengah dapat menambah wawasan anda tentang rumah adat dayak yang eksotik dan keberadaannya tetap lestari hingga kini.

 

Tidak ada komentar untuk "5 Ruang Penting Rumah Adat Betang Khas Kalimantan Tengah"